PENAFSIRAN SUKSESNYA SEORANG WANITA MENURUT IDEOLOGI ISLAM
Sebuah ideologi kapitalis yang bersifat sekularisme menafsirkan suksesnya seorang wanita tergantung pada besarnya materi yang ia dapatkan selama berkarier di luar rumah. Ideologi ini sangat bertentangan dengan ideologi Islam yang memandang suksesnya seorang perempuan bukan pada besarnya pencapaian wanita tersebut terhadap materi. Ideologi kapitalisme ini menjadikan materi sebagai parameter untuk mengukur kesuksesan seseorang. sehingga harta, tahta, kecantikan dan materi-materi yang bersifat duniawi telah menjadi tolak ukur mereka dalam menimbang sejauh mana kesuksesan seorang wanita tersebut. Lalu dampaknya terhadap dunia sosial apa? mereka para wanita terus saling berlomba-lomba untuk mendapatkan strata sosial tertinggi dan figur ternama di mata masyarakat.
Suksesnya seorang wanita muslim menurut ideologi Islam ditinjau juga dari sejauh mana kemampuan seorang wanita menerapkan nilai-nilai spiritual di saat menjalankan peran yang bukan hanya satu peranan figur saja. sebagai wanita normal, mereka juga akan berkeluarga dan pastinya akan banyak mengambil peran di rumahnya baik sebagai istri maupun seorang pendidik untuk anaknya. Suksesnya seorang wanita sebagai istri yaitu jika mereka mampu menjadi pundak sandaran terbaik untuk sang suami sehingga keadaan rumah tangga tetap tentram dan aman. Dan, suksesnya seorang wanita sebagai ibu jika mereka mampu mencetak generasi emas untuk membela bangsa dan agama. Sehingga, dapat kita pahami secara implisit bahwa kemakmuran suatu bangsa berawal dari seorang wanita yang mampu mendidik anaknya untuk berkiprah terhadap bangsa dan agama.
Bahkan, kesuksesan seorang wanita tak terbatas pada aspek kehidupan itu saja. Dengan ikut andilnya seorang wanita dalam mengubah wajah bangsa ini ke arah yang lebih baik pun mereka pantas dikatakan sebagai seorang wanita sukses yang telah berkiprah untuk bangsa. Hal itu pastinya mereka lakukan dengan upaya penanaman nilai-nilai spiritual pada diri sendiri dan sesama mereka, tetap mengedepankan moralitas dan intelektualitas dalam menyelamatkan agama dari fitnah-fitnah yang kian hari kian meradang, menjadikan pengetahuan sebagai pisau analisis untuk membedah problematika umat yang tengah bergulir di masyarakat, serta mampu membentengi paradigma mereka dari serangan pemikiran pemikiran yang tidak islami selama ikut andil dalam ranah sosial. Inilah esensi sukses yang telah diperkenalkan islam dari landasan Al-Quran dan hadist.
Jika kita menilik kepada sebuah aspek yang akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan seseorang, maka pendidikan adalah jawabannya. Lalu bagaimana penafsiran suksesnya seorang wanita berpendidikan dalam berilmu pengetahuan?
Realita yang di temukan dewasa ini, betapa banyak para wanita diluar sana yang saling berlomba-lomba dalam ranah pendidikan untuk mengejar bermacam ilmu pengetahuan yang mana ilmu pengetahuan tersebut hanya berorientasi kepada kesuksesan materi duniawi semata. Bukan illmu untuk lebih mendekatkan diri pada Allah yang mereka cari, melainkan kecemerlangan karier lah yang menjadi prioritas utama mereka dalam menuntut ilmu tersebut. Dan ada juga sebagian wanita yang menuntut ilmu hanya untuk meraih gelar akademik tertinggi dalam perjalanan hidupnya. Yang mana mereka berestimasi bahwa cukup dengan gelar tersebut mereka telah berhasil menuntaskan pendidikan dan pantas menyandang prestasi sebagai wanita sukses. Sehingga inilah esensi sukses yang mereka tanamkan untuk membentuk paradigma mereka selama menjalani kehidupan di bidang pendidikan. Yaitu tentang bagaimana mereka berhasil untuk mengumpulkan materialistik duniawi sebanyak banyaknya setelah saling berlomba lomba dalam kurun waktu belasan tahun di pasar pendidikan.B
erangkat dari fenomena ini, kita tidak juga menafsirkan secara gamblang bahwa seorang wanita itu dilarang mutlak untuk menuntut ilmu duniawi seperti ilmu kedokteran, ilmu komunikasi, ilmu bahasa, ilmu hukum dan lain sebagainya. Karena, pada dasarnya semua ilmu pengetahuan itu bermanfaat. Hanya saja tergantung kemana akan diarahkan fungsi dari ilmu pengetahuan tersebut. Dan sama sekali tidak ada salahnya seorang wanita yang menuntut ilmu duniawi setelah batasan-batasan ilmu agama yang wajib ia pelajari seperti ilmu fiqh, tauhid, tasawuf dan beberapa ilmu fardhu‘ain lainnya telah ia tuntaskan. Asalkan ia bisa mengarahkan fungsi ilmu pengetahuan duniawi tersebut kepada manfaat yang ukhrawi. Karena akan ada suatu saat dimana ilmu pengetahuan duniawi tersebut sangat dibutuhkan untuk memajukan dan menegakkan agama Islam.
Dan inilah penafsiran suksesnya seorang wanita yang berpendidikan dalam berilmu pengetahuan menurut ideologi islam. Yaitu tentang sejauh mana mereka dapat memajukan agama Islam dengan berbekal pengetahuan mereka. Seperti yang dilakukan para ilmuwan Islam dalam mengubah wajah Eropa yang dulunya sangat tertinggal.
Komentar
Posting Komentar