Perjalanan Menuju Tuhan

Jika orang yang sedang berjalan menuju Tuhan nya memperhatikan dengan seksama rambu-rambu jalan, jurang dan batas Jalan maka dia telah meraih separuh kebahagiaan dan keuntungan. 

Dan yang harus diraihnya tinggal separuh lagi. Oleh karena itu dia harus meletakkan tongkatnya di pundaknya dan memotivasi dirinya untuk terus melanjutkan perjalanan. Dia harus melintasi derajat  yang satu menuju derajat yang lain.

Setiap kali jiwanya patah semangat karena letihnya perjalanan, dia harus menjanjikan kepada jiwanya bahwa waktu pertemuan dengan sang kekasih telah dekat. Dia harus mengatakan kepada jiwanya “hai jiwa bergembiralah rumah sang kekasih telah dekat, perjumpaan yang dinantikan telah didepan mata maka janganlah engkau berhenti di tengah jalan sebelum sampai di tujuan. Hai jiwa, jika engkau bersabar dan meneruskan perjalanan maka engkau akan sampai dengan mendapat pujian dan kebahagiaan. Sang kekasih akan menyambutmu dengan beragam karunia dan karamah yang kau butuhkan. 

Untuk sampai ke tujuan hanyalah bersabar selama beberapa saat saja. Sebab waktu di dunia ini hanyalah ibarat satu jam dari waktu di akhirat. Dan umurmu hanyalah ibarat sedetik. Janganlah berhenti di tengah gurun pasir. Sebab itu adalah kehancuran dan kebinasaan".

Jika jiwamu menganggap sulit perjalanan tersebut maka dia harus mengingatkannya dengan sang kekasih yang ada di depannya serta kenikmatan dan kemuliaan yang ada di sisinya. Dia juga harus mengingatkannya dengan musuh yang ada di belakangnya serta kehinaan, azab dan malapetaka yang akan mereka timpakan.

Jika dia kembali ke belakang maka dia kembali kepada para musuhnya. Jika dia terus berjalan ke depan maka dia akan bertemu dengan kekasihnya.

Dan jika dia berhenti ditengah jalan maka para musuhnya akan menangkapnya. Sebab mereka sedang mengejarnya dari belakang. Dengan demikian seorang yang berjalan menuju Allah dihadapkan pada ketiga pilihan ini dan dia boleh memilih mana saja yang dia suka.

-IBNU AL QAYYIM Al JAUZIYYAH-